Selasa, 24 November 2015

beda makna

Hingga akhirnya kau enggan lagi mempertanyakan tentang jawaban yg tak kau dapatkan,, bukan lelah ataupun menyerah. Bisa jadi  irama yg sama akan memekakkan telinga sehingganya kau tak lg mau untk bertanya !

Rabu, 30 September 2015

Kau hanyalah potongan-potongan mimpi yg akhirnya menghilang bersama pagi.
IV

Selasa, 29 September 2015

🌙


Tersisalah selimut kusam penghangat malam diantara dinding-dinding yang hening
IV

Senin, 28 September 2015

(abstrak)

Sengaja tak membuatnya indah karena ini bukan pertunjukan hiburan. Tak ada yg memaksa untuk menikmati. Hanya melewati, kemudian pergi

buntu

Kembali ia aduk kafein yg semakin mengental bersama abu nikotin yg berserakan di lantai, tinta pena semakin mengering, kertas masih kosong ~
IV

tak pernahkah?

Wahai jelmaan angin, apakah muara rindu kita memang tak pernah sama? Mengapa ia seakan berlari sendiri kemudian menanti .. Mengapa ia terbelenggu menunggu sesuatu yg tak mungkin bertemu.
Wahai jelmaan angin, jika memang waktu tak lagi satu, tak usah kaku .. Karna tak ada yg memaksa jika semua rindu harus bersatu .. Tak usah malu karena sejatinya rindu yg tulus dari organ didekat empedu merupakan bagian yg takkan lekang oleh waktu ~
IV

untittle

Kali ini aku memohon, tolong sebutkan satu kata pengganti 'bosan' sehingga ketika diucapkan tidak terdengar seperti mengeluh, karena bersujud bukan melalui layar mini ukuran inci kan?

berganti


Senin dinginn... semoga kau lupakan tentang aliran rasa asin dari sepasang lingkaran putih hitam, meski sekarang kau menjadi penikmat malam tapi pagi tetap mnawarkan senyuman. Tertawalah!

Rabu, 09 September 2015

tak tersampaikan

Rindu ini tak memiliki energi untk berbunyi, biarkan ia terus tumbuh dalam palung hati hingga perihnya mati dengan sendiri.

Sabtu, 11 Juli 2015

dibalik tawa

menunda lelap untuk tak bermimpi.. tentang mimpi yg tlah menipu pemiliknya sendiri. seperti mati namun masih bernyawa.. layaknya redup tapi ia bersinar.. seakan ada namun tiada..
ia tertawa merahasiakan duka~

darah

percikannya kali ini benar-benar mengakrabkan luka,memusnahkan tawa.. rinainya membawa potongan-potongan rindu yang semakin membatu.. sejuta luka kembali menerpa~

pendam

Ketika tak ia lihat, ia mencari-cari.. ketika tak ia rasakan, ia bertanya-tanya.. tak ia lihat keberadaan dan rasakan kehadiran jiwa yg ingin matanya dekap.. disetiap denyutan nadi ia menanti.. dibawah redupnya cahaya bulan ia bercerita pada bayangan semu.. bersandar pada deru ombak-ombak bisu yg sedari tadi sedang berkejaran.. tak sampai lidahnya mengungkapkan, hanya tertahan pada pandangan mata yang semakin hari semakin dalam..
Nanti kan kau dapatkan jawaban bersama lorong-lorong yg mulai mengusam. Orang-orang menyebutnya waktu 
Sendunya tatapan seekor pungguk sedari tadi ia menunggu awan membuka.. menanti bulan menampakkan cahayanya.. rindu itu kembali ia rajut dalam dekapan kelam yg hening~ 

Kamis, 07 Mei 2015

Tak perlu mengharap kembali.. bukankah dirimu tlah menyepakati ternyata ada sisi rindu yang tak mengenal pamrih.. 

Kamis, 23 April 2015

tetesan rindu

Kau terbiasa mengingat jalanan yg dikelilingi tarian hijaunya pepohonan..
Kau larut dalam cahaya kerlap-kerlip kunang-kunang..
Kau terlalu senang pada garis putih diatas aspal yg hitam..
Kau candu menghirup wangi angin yg menyejukkan..
Kau berbicara pada gumpalan merah marun punyamu sendiri.. dan tanpa kau sadari terlalu banyak kau tumpahkan rindu pada jalanan yg tlah kau lalui.. Kau (aku)

Rabu, 01 April 2015

Irisan (diagram venn)

Meski tidak dalam satu waktu tapi kau dan aku pernah menapaki jalan yg sama.. 
Meski tak bersamaan kau dan aku tlah diperhatikan oleh rombongan ilalang. 
Semoga saja para ilalang mendoakan tentang pengharapan impian yg kita samakan.. tentang perjalanan dalam satu waktu adlh milik kau dan aku 

sadnite~

Percikan cahaya di langit nan kelam sesekali menampakkan warnanya melalui celah-celah sirkulasi udara.. Mereka seakan tlah membuat janji bersama gema gemuruh yg sedari tadi sahut menyahut dari berbagai sudut.. Mereka seakan mau menerkam seberkas cahaya kuning kecoklatan didalam ruangan seukuran satu tempat tidur dan satu lemari.. Akan tetapi cahaya itu tak sendiri.. Ia ditemani sepasang mata yg sedang menatap langitlangit ruangan yang sayupsayup disinari cahaya kecil yg mulai meredup.. Berulang kali Jemarinya mengusap dahi yg seakan ingin bicara bahwasanya ia sedang tak berdamai.. ia seakan takmau terlelap namun enggan untuk terjaga..
(edisi mati listrik di malam minggu :D)

Tanpa Pamrih Aku Merindu

Ini masih tentang sisa rindu kemarin, aku mengingatnya begitu pekat. Kunyahanku terhenti ketika mencium wangi jalanan itu.. Membaca kalender dari arah kanan ke kiri, dan menscroll down akun instagram pun membuat ku merasa seperti ada sesuatu yang tak bisa diraba. Melihat foto-foto lama. Sungguh aku merasa. Rasaku pada pandangan pertama. Dia yang bukan siapa-siapa, hadirnya begitu menyejukkan sehingga tak salah jika ku menyebutnya jelmaan angin. Memang benar perasaan kita. Kita yang jaga, tapi ini diluar kemampuanku. Aku tak mengharapkan apa-apa. Hanya saja ketika bersamanya aku merasa berada ditempat yang ku bayangkan ketika membaca ceritera dari negeri dongeng nirmala, oki dan beberapa kurcaci di majalah bobo.. ya bisa disebut rasa bahagia. Tak pernah aku mencari  tahu siapa pemilik hatinya itu, jelas karna aku tak ingin lebih dalam menggoreskan gundukan merah marunku. Tak pernah ku ungkapkan tentang rinduku pada dia yang slalu ku puja, dalam sujudku ku dekap dia begitu erat. Namun aku sadar ini tak mungkin bisa disatukan. Aku tak banyak mengerti tentang cinta, yang aku tahu.. sekali ku lihat ingin terus ku ingat. Sekali ku berjumpa inginku terus bersamanya. Memang kita tak saling menggapai, hanya karnaku yang memulai. Terus ku tabung rindu ini akan selalu ku jaga sampai waktunya tiba. Akan ku hanyutkan perlahan agar kelak ia berjumpa di muara kerinduan. Tetap saja aku menyapanya seperti biasa seolah aku tak mengenal siapa itu sang rindu. Aku memimpikannya, mengkhawatirkannya, melukis bayangan indah tentangnya dan sebisaku memperhatikan gurauannya. Bagiku tak ada larangan baginya untuk datang ataupun pergi karena dia memang bukan aku yang memiliki.  Aku tak peduli pada goresanku, aku pun tak mempersoalkan balasannya. Karena tanpa pamrih aku merindukannya :’) 

Jumat, 13 Maret 2015

menyedihkan

Sengaja ku berlama-lama tak menikmati warna senja.. Karena wanginya masih saja selalu begitu.. Meski tlah lama dinanti ia tetap segera pergi~~

Senin, 09 Maret 2015

Malang


Sang katak yg besarnya dlm tempurung itu rupanya terpana melihat dunia ternyata tak seukuran stengah lingkaran batok kelapa.. Tapi Sang katak tak lagi pandai berenang rupanya.. Ia tenggelam terombang ambing dlm lautan pergaulan kota metropolitan (katanya).. Katak yg malang... kenapa kau tak ingin pulang.. Tak kau sadar sebenarnya kau katak seorang? Kau samakan dirimu dengan gerombolan ular.. Ular yg akan meleburkan kaki dan kepalamu menjadi satu.. Semoga untung di pihakmu~

Rabu, 04 Maret 2015

kau dengar?

lihatlah bulan begitu menyala.. ia bersanding dengan satu bintang dengan latar nuansa kelam.. cahayanya menerobos awan malam membagikan pancarannya hingga sudut-sudut kesunyian..meski berbeda ruang dan pikiran tapi kita masih menatap langit yang sama kan? selamat malam smile emotikon

Jumat, 27 Februari 2015



Tak di undang

terkadaang... ah bukan. sewaktu-waktu maksudku. pikirannya berbicara yang sedang ku bicarakan ini adalah hal yg pasti.. tidak selalu seperti itu... hanya saja imajinasi ini mewakili jiwa-jiwa seperti yang pikiran kau katakan..

Kamis, 26 Februari 2015

jelmaan angin.. aku rinduu

Jika dipikirkan secara akal sehat ini konyol. Bukan tanpa alasan ku sebut konyol. Bayangkan saja disaat tugas akhir laporan magang belum jua diselesaikan sampai judul skripsi yang belum diketahui dimana letaknya aku masih saja memikirkan tentang sajak jelmaan angin. Awalnya aku berpikir itu ilusi. Tapi mengapa bisa selama ini.

jelmaan angin, terimakasih~~

Tak ada larangan untuk datang ataupun pergi. Karna kau memang bukan aku yg memiliki. sungguh terimakasih teruntuk kau yang ku sebut jelmaan angin
o  :')

merindu tunggal

bak menapaki jalanan kerikil tanpa sepatu.. 
decakan darah memenuhi telapknya..
garis-garisnya membekas hingga akhir nafas..
namun sisa merah pada jalanan lekas lenyap dibawa air langit..
ia seolah mengenang sendirian.. merindu tunggal tanpa balasan.
o :')