Rabu, 01 April 2015

Tanpa Pamrih Aku Merindu

Ini masih tentang sisa rindu kemarin, aku mengingatnya begitu pekat. Kunyahanku terhenti ketika mencium wangi jalanan itu.. Membaca kalender dari arah kanan ke kiri, dan menscroll down akun instagram pun membuat ku merasa seperti ada sesuatu yang tak bisa diraba. Melihat foto-foto lama. Sungguh aku merasa. Rasaku pada pandangan pertama. Dia yang bukan siapa-siapa, hadirnya begitu menyejukkan sehingga tak salah jika ku menyebutnya jelmaan angin. Memang benar perasaan kita. Kita yang jaga, tapi ini diluar kemampuanku. Aku tak mengharapkan apa-apa. Hanya saja ketika bersamanya aku merasa berada ditempat yang ku bayangkan ketika membaca ceritera dari negeri dongeng nirmala, oki dan beberapa kurcaci di majalah bobo.. ya bisa disebut rasa bahagia. Tak pernah aku mencari  tahu siapa pemilik hatinya itu, jelas karna aku tak ingin lebih dalam menggoreskan gundukan merah marunku. Tak pernah ku ungkapkan tentang rinduku pada dia yang slalu ku puja, dalam sujudku ku dekap dia begitu erat. Namun aku sadar ini tak mungkin bisa disatukan. Aku tak banyak mengerti tentang cinta, yang aku tahu.. sekali ku lihat ingin terus ku ingat. Sekali ku berjumpa inginku terus bersamanya. Memang kita tak saling menggapai, hanya karnaku yang memulai. Terus ku tabung rindu ini akan selalu ku jaga sampai waktunya tiba. Akan ku hanyutkan perlahan agar kelak ia berjumpa di muara kerinduan. Tetap saja aku menyapanya seperti biasa seolah aku tak mengenal siapa itu sang rindu. Aku memimpikannya, mengkhawatirkannya, melukis bayangan indah tentangnya dan sebisaku memperhatikan gurauannya. Bagiku tak ada larangan baginya untuk datang ataupun pergi karena dia memang bukan aku yang memiliki.  Aku tak peduli pada goresanku, aku pun tak mempersoalkan balasannya. Karena tanpa pamrih aku merindukannya :’) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar