Kamis, 23 April 2015

tetesan rindu

Kau terbiasa mengingat jalanan yg dikelilingi tarian hijaunya pepohonan..
Kau larut dalam cahaya kerlap-kerlip kunang-kunang..
Kau terlalu senang pada garis putih diatas aspal yg hitam..
Kau candu menghirup wangi angin yg menyejukkan..
Kau berbicara pada gumpalan merah marun punyamu sendiri.. dan tanpa kau sadari terlalu banyak kau tumpahkan rindu pada jalanan yg tlah kau lalui.. Kau (aku)

Rabu, 01 April 2015

Irisan (diagram venn)

Meski tidak dalam satu waktu tapi kau dan aku pernah menapaki jalan yg sama.. 
Meski tak bersamaan kau dan aku tlah diperhatikan oleh rombongan ilalang. 
Semoga saja para ilalang mendoakan tentang pengharapan impian yg kita samakan.. tentang perjalanan dalam satu waktu adlh milik kau dan aku 

sadnite~

Percikan cahaya di langit nan kelam sesekali menampakkan warnanya melalui celah-celah sirkulasi udara.. Mereka seakan tlah membuat janji bersama gema gemuruh yg sedari tadi sahut menyahut dari berbagai sudut.. Mereka seakan mau menerkam seberkas cahaya kuning kecoklatan didalam ruangan seukuran satu tempat tidur dan satu lemari.. Akan tetapi cahaya itu tak sendiri.. Ia ditemani sepasang mata yg sedang menatap langitlangit ruangan yang sayupsayup disinari cahaya kecil yg mulai meredup.. Berulang kali Jemarinya mengusap dahi yg seakan ingin bicara bahwasanya ia sedang tak berdamai.. ia seakan takmau terlelap namun enggan untuk terjaga..
(edisi mati listrik di malam minggu :D)

Tanpa Pamrih Aku Merindu

Ini masih tentang sisa rindu kemarin, aku mengingatnya begitu pekat. Kunyahanku terhenti ketika mencium wangi jalanan itu.. Membaca kalender dari arah kanan ke kiri, dan menscroll down akun instagram pun membuat ku merasa seperti ada sesuatu yang tak bisa diraba. Melihat foto-foto lama. Sungguh aku merasa. Rasaku pada pandangan pertama. Dia yang bukan siapa-siapa, hadirnya begitu menyejukkan sehingga tak salah jika ku menyebutnya jelmaan angin. Memang benar perasaan kita. Kita yang jaga, tapi ini diluar kemampuanku. Aku tak mengharapkan apa-apa. Hanya saja ketika bersamanya aku merasa berada ditempat yang ku bayangkan ketika membaca ceritera dari negeri dongeng nirmala, oki dan beberapa kurcaci di majalah bobo.. ya bisa disebut rasa bahagia. Tak pernah aku mencari  tahu siapa pemilik hatinya itu, jelas karna aku tak ingin lebih dalam menggoreskan gundukan merah marunku. Tak pernah ku ungkapkan tentang rinduku pada dia yang slalu ku puja, dalam sujudku ku dekap dia begitu erat. Namun aku sadar ini tak mungkin bisa disatukan. Aku tak banyak mengerti tentang cinta, yang aku tahu.. sekali ku lihat ingin terus ku ingat. Sekali ku berjumpa inginku terus bersamanya. Memang kita tak saling menggapai, hanya karnaku yang memulai. Terus ku tabung rindu ini akan selalu ku jaga sampai waktunya tiba. Akan ku hanyutkan perlahan agar kelak ia berjumpa di muara kerinduan. Tetap saja aku menyapanya seperti biasa seolah aku tak mengenal siapa itu sang rindu. Aku memimpikannya, mengkhawatirkannya, melukis bayangan indah tentangnya dan sebisaku memperhatikan gurauannya. Bagiku tak ada larangan baginya untuk datang ataupun pergi karena dia memang bukan aku yang memiliki.  Aku tak peduli pada goresanku, aku pun tak mempersoalkan balasannya. Karena tanpa pamrih aku merindukannya :’)