Kersik Tuo, 31 desember 2017... detik waktu menunjukkan pukul
04.09 WIB. Riuh suara sudah ramai dari kamar sebelah.. menyelesaikan packing-an
dan antre kamar mandi pun dimulai. Begitulah kesibukan di basecamp si mbah di fajar ini. Usai menunaikan 2
rakaat sleeping bag di lipat, tanpa mandi jadwal mendaki hari ini mesti percaya
diri. Honestly alasan aku tidak mandi pagi ini cukup berfaedah yakni agar
tempelan koyo penawar pegal seusai
menuruni danau gunung tujuh kemarin sore hehehe
Panggilan sarapan di dapur umum basecamp mas bram sudah terdengar, satu persatu
para pencari gunung kerinci menuju dapur umum. Oh iya sekedar sedikit pengingat
di waktu mendatang yakni disini panitia OT (Open Trip) menyediakan dua rumah
warga yang kita sebut basecamp yaitu
bascamp mas bram dan basecampnya mbah, letaknya berdampingan
tepatnya di desa kersik tuo sekitar +-200 meter dari tugu macan. Disebut basecamp karena memang rata-rata para
pendaki bermalam di rumah warga baik ketika akan mulai ataupun setelah pulang
dari mendaki.
Tepat pukul 08.30 WIB kami tlah dijemput angkutan mobil bak
terbuka sebanyak 2 unit.. peserta OT tiba di Pos Pendakian, berdo’a sebelum
pendakian yg dipimpin mas Rifky pagi itu berlangsung khidmat. Bismillah.. langkah
kaki menuju pintu rimba. Tiada ampun untuk sisa pegal kemarin, ku bilang pada Rangga,
adikku “pokoknya Ngga jangan sampai terpisah, jadi kamu mesti tungguin aku” ya
iyalah bahaya nih kalo terpisah wong aku jalannya tidak secepat kakinya dia hahhaha.
Foto bersama Peserta Open Trip, Foto by Coki
Pos pendakian menuju
pintu rimba
Tanjakan yg masih dikelilingin kebun tomat warga
merupakan sambutan pertama...sebelum memasuki pintu rimba di sebelah kiri
terdapat kamar mandi yg sudah tidak diperhatikan lagi.. kotor dan bau tapi
masih memberikan kebaikannya memberi
tumpangan untuk beberapa orang yg pipisnya tak lagi mampu ditahan.
Pintu rimba menuju
pos 1
“mbu...mbu...mbuuu....mbuuuuu” sambutan seru dari rombongan
siamang yg sembunyi dibalik pepohonan... dinginnya tanah sisa hujan kemarin
sudah mulai terasa beceknya :D lantaran tadi singgah sebentar di kamar mandi yg
baik hati sekarang aku dan adikku menempati posisi nomor 2 dari team terakhir,
perasaan campur aduk takut ditinggal padahal kisah ini baru saja dimulai *eh
hahha
Tapi sepertinya pergerakan kaki sudah mulai terbiasa dengan
peraduannya :D becek diterpa basahnya mulai meresap menembus lapisan sepatu.
Pos 1 menuju pos 2
Kaki mulai beradaptasi dengan tanjakan-tanjakan, engahan
nafas antar peserta OT semakin ramai di pemberhentian pos 2... ada pohon tumbang
yg sepertinya sudah lama.. sekitar lima menit ku temukan tulang ekor dengan
kayu lembab itu.. sambil menyeruput n*trisari..
ku arahkan pandanganku pada Rangga... setelah 2 teguk minum ku berikan botol
padanya sembari mengatakan agar untuk lanjut, sementara yang lain masih duduk.
Keputusan untuk lanjut adalah agar nantinya tidak ketinggalan dengan peserta
lain yg mana mereka ini jalannya cepet cuyy.. gimana nggak mereka mah para
penjelajah gunung yg memiliki kemampuan kaki yg lincah.. tempo langkah kakinya
yg diibaratkan lagu metalica hahha.
POS 2
POS 2 menuju POS 3
Mantaaap dingin hutan semakin terasa... tujuan selanjutnya adalah POS 3. Kabut mulai
menerpa.. suara siamang pun tak ada lagi, yg terdengar adalah bunyi gigiku yg
beradu dengan manis lengketnya permen karet serta engahan nafas yg temponya
cepat namun cenderung teratur.. Teryata tips permen karet dari Si Dendy sangat
berperan selama pendakian :)
POS 3
Pos 3 menuju Shelter
1,2,3
Semangaaat.. karna di shelter 1 ini kita akan berhenti untuk
mengisi energi dengan nasi bungkus yg dibawa dari basecamp tadi.... seperempat
jalan tlah dilalui.. zruuupp... bunyi kabut turun...... abaikan saja karna ini
bukan hujan.. lanjut... kali ini bener-bener hujan turun.. mantel hujan dipakai... hujan tak kunjung
henti hingga tiba d shelter 1.. pondok persinggahan sudah penuh.. tak ada lagi
tempat berlindung untuk memakan nasi ini. Akhirnya aku dan Rangga duduk dibawah
pohon....
*****
Perut sudah kenyang.. perjalanan kembali dilanjutkan..
perjalanan kali benar-benar dinikmati karna sejatinya mendaki adalah
menaklukkan diri kita sendiri..
Medan kali ini bener-bener seperti yg dikatakan orang-orang, ekstreeem.... akar-akar dan curam licin serta lumpur karna hujan semuanya
menyatu.. ntah waktu tlah diputaran mana setelah cukup lama.. akhirnya kita
tiba di shelter 2 dengan kondisi lambung yg kembali lapar (kebayang kan
lamanya?? Dari kenyang ke laper lagi
hoho ) jalanan ramai.. sesama peserta OT pun saling beriiringan walau
tak semuanya.. ada juga yg terpisah duluan ada juga yg ketinggalan.. Hujan tak kunjung henti.. beruntunglah ada
tenda yg orangnya ntah kemana.. kami menumpang menaruh diri sambil makan.. di
tempat pemberhentian kali ini ada aku, rangga, Pak Dokter (Adit), Devi, Dicky
dan Dewi.
Keseruan dari ikut OT adalah kemajemukan peserta yang datang
dari berbagi daerah dan berbagai profesi merupakan hal yg sangat luar biasa
menurutku. “nih ku punya m*ri susu, lumayan untuk nambahin energi” ujar Pak
Dokter. Sedikit ada keraguan mengambil makanan dengan kondisi tangan yg penuh
lumpur karna sudah tak terhitung lagi akar lumpur yg tempat berpegangan ketika
diperjalanan tadi, namun akhirnya tak dipedulikan juga.. sing penting ga laper
lagi hahhha
Menurut adit (seseorang yg kami panggil pak dokter, mahasiswa kedokteran yg sedang ambil profesi kalau tidak salah) "ketika kita dalam situasi yg mendesak sistem imun tubuh akan menjadi kuat” Ujar
Pak Dokter. Uww hajaaaare... semua cemilan dimakan, ada cepuluh gue makan nih..
uwee garing hahaha
Adit dan Rangga saat makan cemilan dengan tangan yg kotor :D
----------
Rupanya senja terasa sangat cepat datang hari ini... namun
lembayungnya tak terlihat, hujan kabut awan tebal..
Usai mengisi energi yg kian berkurang kami kembali berjalan
menuju pelabuhan terakhir *ciyee wkkwk
yaap shelter 3 merupakan tempat tenda team OT didirikan dan
kita akan bermalam disana..
Medan semakin menggila.. Curam, licin, becek dan sempit
serta banyak akar-akar yg abstrak :D membuat otot dan otak harus terus bekerja
dengan seimbang agar tidak tumbang...
Selang beberapa menit berjalan kami bertemu dengan kak Helen
dan juga Elang Peserta OT asal Jakarta yg sedang memberikan pertolongan pada
salah seorang pendaki lain (bukan peserta OT) yg terkena hypotermia..
setiap sudut ujung matras kita pegang, matras yg semestinya dijadikan sebagai alas sekarang dijadikan atap agar seseorang yg sedang dalam pelukan Kak Helen tidak terkena rintikan hujan... namun setelah sekian
lama atas berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa dan Pelukan kak helen yg
sehangat-hangatnya serta pertolongan dan perjuangan dari Elang dan rekan-rekan
semuanya penderita hypotermia sudah
mulai membaik..
Gigil semakin teraasa.. ketika dingin di hutan hendaklah
jangan berhenti bergerak agar energi panas tubuh bisa dihasilkan.. perlahan
kami melanjutkan perjalanan akhirnya sekitar pukul 18.43 kita tiba di tempat
perkemahan. Total waktu yg digunakan dari basecamp di desa kersik tuo Kurang lebih 10 jam-an untuk tiba di titik ini.
Masuk tenda menggantikan pakaian basah dan gigil yg semakin
menjadi, aku satu tenda dengan mba Dewi
dan Mba Dwi. Dingin sekali rasanyaa sangat dingiiiiin... Alhamdulillah malam
itu cuaca mulai cerah, tidak hujan, dan kabut juga mulai menghilang, bintang
betaburan bersama sang bulan, city light pun terlihat begitu indah kerlap kerlipnya..
hmmm coba aja ada kamu hahah *abaikan..
usai makan waktunya istirahat.
Menuju Puncaks
Pukul 04.30 dinginnya sepatu basah membuat seluruh badan
menggigil,, namun cerahnya langit.. nampak bulan dan bintang yg bertaburan
serta kerlap kerlip lampu di kaki bukit yg terlihat sangat jelas ketika keluar
dari tenda menjadikan semangat kian membara..
Pelataran jalan sudah mulai ramai.. deretan cahaya senter
orang-orang yg menuju puncak mengisyaratkan peta bagi orang-orang yg belum
pernah kesana. Meski puncak tidak selalu bisa dijadikan tujuan utama ketika
mendaki namun jika cuaca dan tenaga medukung rasanya belum lengkap jika tidak
ke puncak, tapi jangan memaksakan kehendak ya guys jika dirasa tak mampu dan
kondisi cuaca yg buruk mendingan jangan muncak
dulu deh..
------------------
Ya jelas saja semakin
tinggi semakin dingin pula yang dirasa, namun dingin tidak berarti tidak haus
loh yaah.. Untunglah tidak lupa membawa air mineral dari tempat perkemahan
sehingga bisa menghilangkan dahaga yang menguras tenaga melintasi terjal
berpasir yang bercampur kerikil. Sesekali batu-batu berjatuhan karena tekanan
dari kaki-kaki yg melewatinya.
Satu jam berlalu tapi puncak belum jua tergapai.. bukan
waktu yg terlau cepat namun langkah ini yg relatif lambat.. perasaan khawatir
tidak sampai di puncak dikalahkan oleh rasa khawatir pulang dengan tidak
selamat.. jadi slow saja..
disambut mentari pagi di Gunung Kerinci
Setelah hampir 4 (empat ) jam berlalu, tibalah di puncak
tertinggi sumatera...
Di puncak kami bertemu dengan banyak orang yg tidak dikenali
tapi saling sapa dan tersenyum.... semua lelah terobati... cuaca yg cerah,
segereombolan awan yg saling berkejaran menggapai matahari pagi, hijaunya
ladang warga yg terlihat dari ketinggian
3805 mdpl sangat memanjakan indera penglihtan, maha besar allah betapa
indahnya alam ini. Semua lelah terobati, ingin rasanya berlama-lama disini tapi
karena hari sudah mulai siang dan bau belerang dari kawah aktif gunung kerinci
sudah mulai menyengat sehingga membuat
kerongkongan sakit seolah memberi tanda agar untuk segera kembali ke perkemahan
di shelter 3.
puncak gn kerinci bersama bendera merah putih yg tiangnya adalah tongkat kayu pemberian ibu
Menuntaskan janji yg sudah lama ingin ditepati
Menuruni lembah
(pulang menuju rumah)
Keselematan adalah oleh-oleh terbaik untuk orang-orang yang
menunggu kita pulang, setelah beberapa jam berjuang menuju puncak, kini tlah tiba waktunya untuk kembali kerumah.
Menurutku perjalanan menuju pulang ini merupakan misi terakhir yg belum terselesaikan.
Usai dari puncak kita kembali lagi ke perkemahan (shelter 3)
setelah makan istirahat sejenak lalu berkemas tepat pukul 13.00 diiringi dengan
hujan yg sedari perjalanan pulang dari puncak terus membuntuti.
Pelan-pelan
otot kaki menitih jalanan terjal berakar yg sangat licin dan sangat ekstrim.. Dengan
bobot badan yg tidak ringan (gendaaats) bagiku menurun lebih sulit ketimbang
mendaki, karena betis akan terasa sangat sakit karena menopang berat badan yg
buweraaat buannget (ngaruh gak sihh sebenernya hhahha) ... kesakitan ini, *eh
maksudnya dengan kondisi fisik energi yg tlah terkuras membuat langkah semakin
lambat sehingga aku dan rangga masuk tim terakhir di perjalanan pulang. Ketika
masih di shelter 2 menuju shelter 1 terjadi badai yg cukup mengerikan menurutku,
karena waktu itu hanya ada aku dan rangga saja karena beberapa tim sudah melaju
jauh duluan dan masih ada juga yg masih tertinggal jauh dibelakang.
Diperjalanan aku melihat sejenis reptil berwarna merah
melintasi tanah yg berlumpur sebatas mata kaki. Akan tetapi kata Rangga itu
hanya ilusiku saja karena dia tidak melihat reptil tersebut. Tapi aku masih
ingat betul aku benar-benar melihat rupanya seperti ular tapi pendek tekstur
kulit yg tidak kasar (relatif seperti cacing tapi besar, sebesar ibu jari tangan)
dua kali aku melihatnya.
Setelah melewati lumpur yang tak bisa dijelaskan secara
gamblang, intinya ketika elu injek aja itu tanah kaki lu bakal nyelup dan
ketika lu coba angkat kaki lu sepatu lu tertinggal disono hahah gitulah pokok e
dilakoni wae, sesekali juga ngga ngelangkah kok.. main perosotan ajee hahhaha
Uyeaaaaaaaaah
akhirnya tiba di basecamp si Embah..
Semua pada antre kamar mandi sebagiannya juga sudah bersiap
dan berkemas rapi (tim yg turun duluan). Aku dan Rangga lebih memilih trakhir
antre untuk mandi yg hanya berjumlah 4 kamar mandi saja untuk puluhan orang
anggota open trip. Tim MP Jakarta dan MP Padang harus begerak cepat karena
mereka sudah harus berangkat menuju daerah masing-masing malam itu juga. Tepat
pukul 01.00 wib 02 januari 2018 MP jakarta dan MP Padang sudah pergi
meninggalkan basecamp. Hanya tersisa Bayu (bali), Ale (jakarta), Rangga dan
aku. Kami belum pulang karena Ale dan Bayu masih ada kunjungan ke tempat lain
sedangkan aku dan Rangga menunggu mobil menuju Kota Bengkulu yg akan berangkat
pukul 09.00 pagi.
Diperjalanan pulang di loket SAFAMARWA kami bertemu dengan
dua orang pemuda yang akan pulang ke Bengkulu yang ternyata mereka juga baru saja turun dari gunung kerinci..
tepat pukul 20.30 wib kami tiba di rumah dengan sambutan hangat dari ibu.
Alhamdulillah anakku pulang dengan selamat “mungkin seperti itu yg diungkapkan ibu
dalam hatinya waktu itu” hehhe
Ku bongkar keril yg berisi baju kotor dan sedikit oleh-oleh
khas daerah kerinci yg seketika disambut oleh indah (adik bungsuku) dan sofia (adik sepupuku).
Setelah mandi seluruh
bagian paha, betis, kaki dan pinggang mesti tersentuh bals*m geli*a.
encoook genggs.. setelah makan sang encok tidur :D selamat malam kamu :)
Terima Kasih Allah telah Engkau menganugerahi alam yg begitu
Indah