Rabu, 07 Februari 2018

DENYUT NADI MENUJU KERINCI 2



Kersik Tuo, 31 desember 2017... detik waktu menunjukkan pukul 04.09 WIB. Riuh suara sudah ramai dari kamar sebelah.. menyelesaikan packing-an dan antre kamar mandi pun dimulai. Begitulah kesibukan di basecamp si mbah di fajar ini. Usai menunaikan 2 rakaat sleeping bag di lipat, tanpa mandi jadwal mendaki hari ini mesti percaya diri. Honestly alasan aku tidak mandi pagi ini cukup berfaedah yakni agar tempelan koyo penawar pegal seusai menuruni danau gunung tujuh kemarin sore hehehe

Panggilan sarapan di dapur umum basecamp mas bram sudah terdengar, satu persatu para pencari gunung kerinci menuju dapur umum. Oh iya sekedar sedikit pengingat di waktu mendatang yakni disini panitia OT (Open Trip) menyediakan dua rumah warga yang kita sebut basecamp yaitu bascamp mas bram dan basecampnya mbah, letaknya berdampingan tepatnya di desa kersik tuo sekitar +-200 meter dari tugu macan.  Disebut basecamp karena memang rata-rata para pendaki bermalam di rumah warga baik ketika akan mulai ataupun setelah pulang dari mendaki.
Tepat pukul 08.30 WIB kami tlah dijemput angkutan mobil bak terbuka sebanyak 2 unit.. peserta OT tiba di Pos Pendakian, berdo’a sebelum pendakian yg dipimpin mas Rifky pagi itu berlangsung khidmat. Bismillah.. langkah kaki menuju pintu rimba. Tiada ampun untuk sisa pegal kemarin, ku bilang pada Rangga, adikku “pokoknya Ngga jangan sampai terpisah, jadi kamu mesti tungguin aku” ya iyalah bahaya nih kalo terpisah wong aku jalannya tidak secepat kakinya dia hahhaha. 

Foto bersama Peserta Open Trip, Foto by Coki
Pos pendakian menuju pintu rimba
Tanjakan yg masih dikelilingin kebun  tomat warga  merupakan sambutan pertama...sebelum memasuki pintu rimba di sebelah kiri terdapat kamar mandi yg sudah tidak diperhatikan lagi.. kotor dan bau tapi masih memberikan kebaikannya  memberi tumpangan untuk beberapa orang yg pipisnya tak lagi mampu ditahan.

Pintu rimba menuju pos 1
“mbu...mbu...mbuuu....mbuuuuu” sambutan seru dari rombongan siamang yg sembunyi dibalik pepohonan... dinginnya tanah sisa hujan kemarin sudah mulai terasa beceknya :D lantaran tadi singgah sebentar di kamar mandi yg baik hati sekarang aku dan adikku menempati posisi nomor 2 dari team terakhir, perasaan campur aduk takut ditinggal padahal kisah ini baru saja dimulai *eh hahha
Tapi sepertinya pergerakan kaki sudah mulai terbiasa dengan peraduannya :D becek diterpa basahnya mulai meresap menembus lapisan sepatu.

Pos 1 menuju pos 2
Kaki mulai beradaptasi dengan tanjakan-tanjakan, engahan nafas antar peserta OT semakin ramai di pemberhentian pos 2... ada pohon tumbang yg sepertinya sudah lama.. sekitar lima menit ku temukan tulang ekor dengan kayu lembab itu.. sambil menyeruput n*trisari.. ku arahkan pandanganku pada Rangga... setelah 2 teguk minum ku berikan botol padanya sembari mengatakan agar untuk lanjut, sementara yang lain masih duduk. Keputusan untuk lanjut adalah agar nantinya tidak ketinggalan dengan peserta lain yg mana mereka ini jalannya cepet cuyy.. gimana nggak mereka mah para penjelajah gunung yg memiliki kemampuan kaki yg lincah.. tempo langkah kakinya yg diibaratkan lagu metalica hahha.
 POS 2

POS 2 menuju POS 3
Mantaaap dingin hutan semakin terasa...  tujuan selanjutnya adalah POS 3. Kabut mulai menerpa.. suara siamang pun tak ada lagi, yg terdengar adalah bunyi gigiku yg beradu dengan manis lengketnya permen karet serta engahan nafas yg temponya cepat namun cenderung  teratur..  Teryata tips permen karet dari Si Dendy sangat berperan selama pendakian :)
POS 3


Pos 3 menuju Shelter 1,2,3
Semangaaat.. karna di shelter 1 ini kita akan berhenti untuk mengisi energi dengan nasi bungkus yg dibawa dari basecamp tadi.... seperempat jalan tlah dilalui.. zruuupp... bunyi kabut turun...... abaikan saja karna ini bukan hujan.. lanjut... kali ini bener-bener hujan turun..  mantel hujan dipakai... hujan tak kunjung henti hingga tiba d shelter 1.. pondok persinggahan sudah penuh.. tak ada lagi tempat berlindung untuk memakan nasi ini. Akhirnya aku dan Rangga duduk dibawah pohon....
*****
Perut sudah kenyang.. perjalanan kembali dilanjutkan.. perjalanan kali benar-benar dinikmati karna sejatinya mendaki adalah menaklukkan diri kita sendiri..
Medan kali ini bener-bener seperti yg dikatakan orang-orang, ekstreeem.... akar-akar dan curam licin serta lumpur karna hujan semuanya menyatu.. ntah waktu tlah diputaran mana setelah cukup lama.. akhirnya kita tiba di shelter 2 dengan kondisi lambung yg kembali lapar (kebayang kan lamanya??  Dari kenyang ke laper lagi hoho )  jalanan ramai..  sesama peserta OT pun saling beriiringan walau tak semuanya.. ada juga yg terpisah duluan ada juga yg ketinggalan..  Hujan tak kunjung henti.. beruntunglah ada tenda yg orangnya ntah kemana.. kami menumpang menaruh diri sambil makan.. di tempat pemberhentian kali ini ada aku, rangga, Pak Dokter (Adit), Devi, Dicky dan Dewi.
Keseruan dari ikut OT adalah kemajemukan peserta yang datang dari berbagi daerah dan berbagai profesi merupakan hal yg sangat luar biasa menurutku. “nih ku punya m*ri susu, lumayan untuk nambahin energi” ujar Pak Dokter. Sedikit ada keraguan mengambil makanan dengan kondisi tangan yg penuh lumpur karna sudah tak terhitung lagi akar lumpur yg tempat berpegangan ketika diperjalanan tadi, namun akhirnya tak dipedulikan juga.. sing penting ga laper lagi hahhha
Menurut adit (seseorang yg kami panggil pak dokter, mahasiswa kedokteran yg sedang ambil profesi kalau tidak salah) "ketika kita dalam situasi yg mendesak  sistem imun tubuh akan menjadi kuat” Ujar Pak Dokter. Uww hajaaaare... semua cemilan dimakan, ada cepuluh gue makan nih.. uwee garing hahaha

Adit dan Rangga saat makan cemilan dengan tangan yg kotor :D


----------

Rupanya senja terasa sangat cepat datang hari ini... namun lembayungnya tak terlihat, hujan kabut awan tebal..
Usai mengisi energi yg kian berkurang kami kembali berjalan menuju pelabuhan terakhir *ciyee wkkwk
yaap shelter 3 merupakan tempat tenda team OT didirikan dan kita akan bermalam disana..
                                                                      
Medan semakin menggila.. Curam, licin, becek dan sempit serta banyak akar-akar yg abstrak :D membuat otot dan otak harus terus bekerja dengan seimbang agar tidak tumbang...
Selang beberapa menit berjalan kami bertemu dengan kak Helen dan juga Elang Peserta OT asal Jakarta yg sedang memberikan pertolongan pada salah seorang pendaki lain (bukan peserta OT) yg terkena hypotermia..
setiap  sudut ujung matras kita pegang, matras yg semestinya dijadikan sebagai alas sekarang dijadikan atap agar seseorang yg sedang dalam pelukan Kak Helen tidak terkena rintikan hujan... namun  setelah sekian  lama atas berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa dan Pelukan kak helen yg sehangat-hangatnya serta pertolongan dan perjuangan dari Elang dan rekan-rekan semuanya penderita hypotermia  sudah mulai membaik..
Gigil semakin teraasa.. ketika dingin di hutan hendaklah jangan berhenti bergerak agar energi panas tubuh bisa dihasilkan.. perlahan kami melanjutkan perjalanan akhirnya sekitar pukul 18.43 kita tiba di tempat perkemahan. Total waktu yg digunakan dari basecamp di desa kersik tuo Kurang lebih 10 jam-an untuk tiba di titik ini.
Masuk tenda menggantikan pakaian basah dan gigil yg semakin menjadi,  aku satu tenda dengan mba Dewi dan Mba Dwi. Dingin sekali rasanyaa sangat dingiiiiin... Alhamdulillah malam itu cuaca mulai cerah, tidak hujan, dan kabut juga mulai menghilang, bintang betaburan bersama sang bulan, city light pun terlihat begitu indah kerlap kerlipnya.. hmmm coba aja ada kamu hahah *abaikan..
usai makan waktunya istirahat.

Menuju Puncaks
Pukul 04.30 dinginnya sepatu basah membuat seluruh badan menggigil,, namun cerahnya langit.. nampak bulan dan bintang yg bertaburan serta kerlap kerlip lampu di kaki bukit yg terlihat sangat jelas ketika keluar dari tenda menjadikan semangat kian membara..
Pelataran jalan sudah mulai ramai.. deretan cahaya senter orang-orang yg menuju puncak mengisyaratkan peta bagi orang-orang yg belum pernah kesana. Meski puncak tidak selalu bisa dijadikan tujuan utama ketika mendaki namun jika cuaca dan tenaga medukung rasanya belum lengkap jika tidak ke puncak, tapi jangan memaksakan kehendak ya guys jika dirasa tak mampu dan kondisi cuaca yg buruk mendingan jangan muncak  dulu deh..
------------------
Ya jelas saja semakin tinggi semakin dingin pula yang dirasa, namun dingin tidak berarti tidak haus loh yaah.. Untunglah tidak lupa membawa air mineral dari tempat perkemahan sehingga bisa menghilangkan dahaga yang menguras tenaga melintasi terjal berpasir yang bercampur kerikil. Sesekali batu-batu berjatuhan karena tekanan dari kaki-kaki yg melewatinya. 
Satu jam berlalu tapi puncak belum jua tergapai.. bukan waktu yg terlau cepat namun langkah ini yg relatif lambat.. perasaan khawatir tidak sampai di puncak dikalahkan oleh rasa khawatir pulang dengan tidak selamat.. jadi slow saja..
disambut mentari pagi di Gunung Kerinci

Setelah hampir 4 (empat ) jam berlalu, tibalah di puncak tertinggi sumatera...
Di puncak kami bertemu dengan banyak orang yg tidak dikenali tapi saling sapa dan tersenyum.... semua lelah terobati... cuaca yg cerah, segereombolan awan yg saling berkejaran menggapai matahari pagi, hijaunya ladang warga yg terlihat dari ketinggian  3805 mdpl sangat memanjakan indera penglihtan, maha besar allah betapa indahnya alam ini. Semua lelah terobati, ingin rasanya berlama-lama disini tapi karena hari sudah mulai siang dan bau belerang dari kawah aktif gunung kerinci sudah mulai  menyengat sehingga membuat kerongkongan sakit seolah memberi tanda agar untuk segera kembali ke perkemahan di shelter 3.
 
puncak gn kerinci bersama bendera merah putih yg tiangnya adalah tongkat kayu pemberian ibu
Menuntaskan janji yg sudah lama ingin ditepati




Menuruni lembah (pulang menuju rumah)
Keselematan adalah oleh-oleh terbaik untuk orang-orang yang menunggu kita pulang, setelah beberapa jam berjuang menuju puncak, kini  tlah tiba waktunya untuk kembali kerumah. Menurutku perjalanan menuju pulang ini merupakan misi  terakhir yg belum terselesaikan.
Usai dari puncak kita kembali lagi ke perkemahan (shelter 3) setelah makan istirahat sejenak lalu berkemas tepat pukul 13.00 diiringi dengan hujan yg sedari perjalanan pulang dari puncak  terus membuntuti.
 Pelan-pelan otot kaki menitih jalanan terjal berakar yg sangat licin dan sangat ekstrim.. Dengan bobot badan yg tidak ringan (gendaaats) bagiku menurun lebih sulit ketimbang mendaki, karena betis akan terasa sangat sakit karena menopang berat badan yg buweraaat buannget (ngaruh gak sihh sebenernya hhahha) ... kesakitan ini, *eh maksudnya dengan kondisi fisik energi yg tlah terkuras membuat langkah semakin lambat sehingga aku dan rangga masuk tim terakhir di perjalanan pulang. Ketika masih di shelter 2 menuju shelter 1 terjadi badai yg cukup mengerikan menurutku, karena waktu itu hanya ada aku dan rangga saja karena beberapa tim sudah melaju jauh duluan dan masih ada juga yg masih tertinggal jauh dibelakang.
Diperjalanan aku melihat sejenis reptil berwarna merah melintasi tanah yg berlumpur sebatas mata kaki. Akan tetapi kata Rangga itu hanya ilusiku saja karena dia tidak melihat reptil tersebut. Tapi aku masih ingat betul aku benar-benar melihat rupanya seperti ular tapi pendek tekstur kulit yg tidak kasar (relatif seperti cacing tapi besar, sebesar ibu jari tangan) dua kali aku melihatnya.

Setelah melewati lumpur yang tak bisa dijelaskan secara gamblang, intinya ketika elu injek aja itu tanah kaki lu bakal nyelup dan ketika lu coba angkat kaki lu sepatu lu tertinggal disono hahah gitulah pokok e dilakoni wae, sesekali juga ngga ngelangkah kok.. main perosotan ajee hahhaha 

Uyeaaaaaaaaah akhirnya tiba di basecamp si Embah..
Semua pada antre kamar mandi sebagiannya juga sudah bersiap dan berkemas rapi (tim yg turun duluan). Aku dan Rangga lebih memilih trakhir antre untuk mandi yg hanya berjumlah 4 kamar mandi saja untuk puluhan orang anggota open trip. Tim MP Jakarta dan MP Padang harus begerak cepat karena mereka sudah harus berangkat menuju daerah masing-masing malam itu juga. Tepat pukul 01.00 wib 02 januari 2018 MP jakarta dan MP Padang sudah pergi meninggalkan basecamp. Hanya tersisa Bayu (bali), Ale (jakarta), Rangga dan aku. Kami belum pulang karena Ale dan Bayu masih ada kunjungan ke tempat lain sedangkan aku dan Rangga menunggu mobil menuju Kota Bengkulu yg akan berangkat pukul 09.00  pagi.

Diperjalanan pulang di loket SAFAMARWA kami bertemu dengan dua orang pemuda yang akan pulang ke Bengkulu  yang ternyata mereka juga baru saja turun dari gunung kerinci..
tepat pukul 20.30 wib kami tiba di rumah dengan sambutan hangat dari ibu. Alhamdulillah anakku pulang dengan selamat “mungkin seperti itu yg diungkapkan ibu dalam hatinya waktu itu” hehhe
Ku bongkar keril yg berisi baju kotor dan sedikit oleh-oleh khas daerah kerinci yg seketika disambut oleh indah (adik bungsuku) dan sofia (adik sepupuku).

Setelah mandi seluruh  bagian paha, betis, kaki dan pinggang mesti tersentuh bals*m geli*a.
encoook genggs.. setelah makan sang encok tidur :D selamat malam kamu :)

Terima Kasih Allah telah Engkau menganugerahi alam yg begitu Indah